MUTIARAKU
YANG HILANG
Di Kota Batuasin, ada sebuah keluarga kecil yang terdiri dari seorang ibu yang bernama
Tukiyem Tursana Tursini Tutiono atau biasa di panggil Bu Tut-i, dan seorang
anak gadisnya yang bernama Tiara.
Tiara adalah anak yang baik hati, tidak sombong, suka menolong dan suka menabung di warungnya Bu Lastri, selain itu dia juga cewe yang ndeso dan katro. Suatu ketika :
07. Bu Tuti : “Tiara… Tiara… Sini nak, ada yang hendak ibu bicarakan padamu”
Tiara adalah anak yang baik hati, tidak sombong, suka menolong dan suka menabung di warungnya Bu Lastri, selain itu dia juga cewe yang ndeso dan katro. Suatu ketika :
07. Bu Tuti : “Tiara… Tiara… Sini nak, ada yang hendak ibu bicarakan padamu”
03. Tiara : “Apa itu Bu ?”
07. Bu Tuti : “Anu… emm… ibu mau bicara tentang
ayahmu, ibu kira sudah waktunya kamu mengetahui semua tentang beliau, tapi kamu
jangan bilang siapa-siapa ya, ini RAHASIA”
03. Tiara : “Benarkah Bu ? Sudah lama aku ingin mengetahuinya, cepat katakan yang sebenarnya Bu”
03. Tiara : “Benarkah Bu ? Sudah lama aku ingin mengetahuinya, cepat katakan yang sebenarnya Bu”
07. Bu Tuti : “Janji dulu, Janji titik-titik
garuda!”
03. Tiara : “Ia bu, saya janji!”
07. Bu Tuti : “Jadi gini, Ayahmu itu telah
meninggal waktu kamu berusia 10 bulan.
Dia meninggal karena terkena kanker otak.”
03. Tiara : “Apa? Astaghfirullah hal adzim.”
Tangis Tiarapun mengakhiri percakapan
mereka. Bu Tuti mempunyai sahabat karib. Mereka bersahabat sejak kecil. Sahabatnya itu
bernama Maemunah Maesaroh Maekiti-kiti atau dipanggil Bu Ma-e. Sayangnya nasib tidak memihak kepada Bu Tuti.
Bu Ma-e menikah dengan seorang bisnisman yang kaya raya bernama Hermawan.
Mereka juga memiliki satu orang anak yang diberi nama Revan. Karena terlalu
dimanja, Revan memiliki perilaku yang kurang baik, tidak tahu aturan dan kasar
kepada orang lain. Namun, dia sangat sayang kepada mamanya dan tidak pernah
membantah perkataan mamanya sekalipun.
06. Bu Ma-e : “dari mana kamu sayang ?” (sambil menyuguhkan segelas
teh ke suaminya)
05. Revan : “dari
rumah Diana ma”
06. Bu Ma-e : “Udah makan ?”
05. Revan : “udah
tadi ma.”
01. Pak Hermawan : “kamu itu sudah besar, Kapan kamu akan
menikah ?”
05. Revan : “Ya kapan-kapan pah.”
Suatu hari dirumah Bu Tuti.
03. Tiara :
“Bu, kepalaku pusing
lagi nih?”(mengelus-elus kepala karena sakit)
07. Bu Tuti :
“Kamu kenapa nak? Kamu
sering banget pusing kayaknya, kita ke dokter aja ya?”
03. Tiara : “ga tau nih Bu, kecapaian kali ya ? ya udah aku
ganti pakaian dulu ya Bu.”(sambil menuju ke kamar)
Akhirnya Bu Tuti dan
Tiara pergi ke dokter umum.
02. Bu Dokter : “Nak Tiara ?”
03. Tiara : “Iya Bu.”
02. Bu Dokter : “Apa yang
nak Tiara rasakan?”
03. Tiara : “Anu bu, Anu .. saya sering banget sakit kepala
bahkan kata ibu saya, saya sampai tidak sadarkan diri bu.”
02. Bu Dokter : “ohh..
coba nak tiara tidur disana.”(saling menunjuk ke tempat tidur pasien)
Bu Dokter kemudian
memeriksa Tiara. Selang beberapa menit,
Bu Dokter lalu meninggalkan Tiara dan
menghampiri Bu Tuti.
02. Bu Dokter : “maaf, apa
anda ibunya Tiara ?”
07. Bu Tuti : “Iya benar bu, ada apa?”
02. Bu Dokter : “Anu… nak
Tiara mengidap kanker otak stadium awal, untuk mencegah perluasan
kanker, Tiara harus di operasi.”
07. Bu Tuti : “Astaghfirullah hal adzim,
kenapa ini harus terjadi juga pada anak kami ya allah.. Kira-kira berapa biaya
yang harus kami tanggung bu ?”
02. Bu Dokter :
“Ini kanker otak bu, kira-kira ya 50 juta”
07. Bu Tuti : “ Ya Allah, saya harus
mendapatkan uang sebanyak itu dari mana?”
Tiba-tiba, Tiara menghampiri mereka berdua.
03. Tiara : “Ada apa ini Bu ? kok Ibu
nangis ?”
07. Bu Tuti : “Tidak ada apa-apa nak, ayo
kita pulang. Terima kasih banyak bu, ini sedikit dari kami” (menyerahkan uang).
Ketika mereka keluar dari ruangan Dokter, tiba-tiba
dijalan Tiara menabrak seorang gadis bernama Diana yang sedang berjalan dengan
seorang cowok. Kemudian gadis itu memarahi kepada Tiara.
04. Diana : “Hey!
Punya telinga ga sih! Untung lo yang jatuh! Kalo gue yang jatuh gimana? Mau lo
gue tuntut hah !?”
03. Tiara :
“ya punya lah mba, kalau nda punya saya ga bisa mendengar.”
07. Bu Tuti :
“Maafkan anak saya, dia sedang sakit, mungkin masih pusing sehingga tidak
sengaja menabrak anda.”
04. Diana : “Trus,
lo pikir gue peduli gitu? NGGA!!”(sambil menginjak dan menendang kaki Tiara)
03. Tiara : “gue ngga butuh
kepedulian lo!”
Namun, Diana tak dengar perkataan Tiara barusan.
Diana lalu menghampiri Bu
Dokter di Ruangan.
04. Diana :
“Revan, kamu tunggu sini aja yah”
05. Revan : “oke deh” (sambil mengacungkan ibu
jarinya)
Kemudian Diana masuk.
02. Bu Dokter :
“Ehh, nak Diana, Ada apa ?”
04. Diana : “ini
Dok, saya tadi pagi muntah-muntah, terus juga pusing. Sering buang air kecil
sama ada bercak-bercak darah yang keluar, saya bilang ke mamah trus katanya
suruh kesini aja”
02. Bu Dokter :
“coba nak diana berbaring dulu disana”(menunjuk tempat untuk tidur pasien)
Setelah selesai pemerkisaan.
02. Bu Dokter :
“Selamat, nak Diana akan punya seorang anak”
04. Diana : “Oh ya
? Oh My God.. Saya seneng banget Dok.. Makasih ya dok ! (sambil memeluk bu
dokter) Eh, tapi ntar dulu, Maksudnya apa yah ?”
02. Bu Dokter :
“nak Diana ini gimana, maksudnya ya nak Diana Hamil”
04. Diana :
“APAAAA???? Kenapa ibu bilang ‘selamat’? dodol ah!”
Diana shock berat mendengar bahwa dirinya telah
hamil, padahal dia belum menikah. Tapi Dia tau bahwa ayah dari sang jabang bayi
adalah Cowok yang berada diluar ruangan itu, Revan. Karenanya dia mau minta
pertanggungjawaban kepada Revan.
Bu Tutipun menceritakan tentang penyakit Tiara kepada Tiara.
03. Tiara : “Bu, sebenarnya Tiara
sakit apa?”
07. Bu Tuti : “Anu.. emmm…”
03. Tiara : “Bu ? Jawab bu ! jangan
diam saja. Tiara ingin tahu yang sebenarnya.”
07. Bu Tuti : “Sebenarnya….”
03. Tiara : “Sebenarnya apa bu ?”
07. Bu Tuti : “Kamu terkena kanker otak
seperti ayahmu nak”
03. Tiara : “Apa ? Yang benar bu,
Jadi ini sebabnya mengapa ibu menangis saat bu dokter menyampaikan penyakit
Tiara ?”
07. Bu Tuti : “I…Iya Sayang”
03. Tiara : “Astagfirullah hal
adzim”
07. Bu Tuti : “Kamu nda usah khawatir
nak, Kamu harus tetap tenang.”
03. Tiara : “Tenang bagaimana Bu ?”
07. Bu Tuti : “Kamu pasti akan sembuhnak.
Ibu akan mencari uang untuk biaya operasi kamu”
03. Tiara : “Ibu.. Tiara sangat
beruntung punya ibu seperti ibu”
07. Bu Tuti : “Ibu juga beruntung punya
anak seperti kamu sayang”
Merekapun hanyut dalam
kehampaan dan kesedihan. Keesokan harinya, Bu Tuti hendak meminjam
uang ke sahabat karibnya Bu Ma-e.
07. Bu Tuti : “Assallamu’alaikum”
06. Bu Ma-e : “Wa’allaikum sallam”(mereka berpelukan)
07. Bu Tuti : “maaf ganggu jeng, saya ada masalah
nih”
06. Bu Ma-e : “Masalah? Masalah apa jeng?”
07. Bu Tuti : “Anu, saya mau pinjem uang
nih. Soalnya saya ada
utang ma rentenir”
06. Bu Ma-e : “Ohh, ga usah sungkan jeng, mau pinjem berapa?”
07. Bu Tuti :
“Kalo 50juta kira-kira ada ngga?”
06. Bu Ma-e : “Ntar, saya coba tanya dulu ke papanya Revan yah. Duduk dulu aja.
Anggap aja
rumah sendiri”
Bu ma-e meninggalkan bu Tuti dan menghampiri suaminya.
01. Pak Hermawan : “Siapa mah ?”
06. Bu Ma-e : “Tuti pah, mau pinjem uang 50 juta, papa ada ga?”
01. Pak Hermawan : “Oh, Tuti yang
Tukiyem Tursana Tursini Tutiono, sahabat mamah ?”
06. Bu Ma-e : “Iya pah, Sahabat karib mamah dulu itu loh, yang punya
anak cewe si Tiara. Anaknya baik banget loh pah”
01. Pak Hermawan : “Iya iya papa
tau. Itu di tas kayaknya ada uang 50 juta, ambil aja. Oh ya, Anaknya Tuti cewe
? Kenapa ga kita jodohin aja mah, Sama Revan, lagian kata mama kan Tiara
anaknya baik ? Daripada Revan dimanfaatin cewe lain yang cuma cinta sama
hartanya Revan doang ?”
06. Bu Ma-e : “oh iya ya pah ? kenapa mama gak kepikiran ke situ yah
? Ya udah ntar mama bilang deh”
01. Pak Hermawan : “Bilang juga
mah, saya ikhlas ngasih uang itu. Ga usah di kembaliin”
06. Bu Ma-e : “iihhh... papa baik banget deh, mama jadi makin cinta.”
Lalu Bu Ma-e kembali menemui bu Tuti.
06. Bu Ma-e : “maaf jeng, lama banget ya ? tadi musti ngrayu-ngrayu suamiku dulu”
07. Bu Tuti : “halah, ga papa kok. Kaya sama siapa saja, lagian saya ditinggal
disini seharian juga betah kok, hahahaha...”
06. Bu Ma-e : “(mengernyitkan dahi) Oh ya, ini uangnya, kata papanya
Revan, dia ikhlas ngasih uang ini, jadi jeng ga usah ngembaliin juga ga papa”
07. Bu Tuti :
“hah ?? yang bener ?? syukur deh.. soalnya saya juga nda punya duit jeng..”(saking akrabnya, jadi Bu Tuti ngga usah
pura-pura ga enak)
06. Bu Ma-e : “hahaha, jeng emang slalu jujur. Anak jeng udah pantes buat nikah kan ?
gimana kalo kita jodohin aja anak kita ?”
07. Bu Tuti :
“dijodohin ? kalo saya si
fine-fine aja, emang anak jeng ga bakal protes tuh ?”
06. Bu Ma-e : “ya saya paksa dong.”
07. Bu Tuti :
“sipsip. Ya udah, saya pulang
dulu ya? Wassalamu’alaikum”
06. Bu Ma-e : “oke deh. Wangalaikumsalam”
Di sebuah cafe di Kota Batuasin, Revan dan Diana sedang membicarakan
sesuatu.
05. Revan : “Kamu
kenapa sayang ? Apa kata Dokter ? kok sedih”
04. Diana : “Kamu
harus tanggungjawab!”
05. Revan : “lho tanggung jawab kenapa ?
emangnya aku ngapain kamu ?”
04. Diana : “Aku
hamil tau !! dan itu karena kamu !”
05. Revan : “Apa ??
Yang bener sayang ?? Kalo gitu, kenapa kamu sedih ? Kita gugurin aja kandungan
kamu?”
04. Diana : “Apa
??(sambil menyiramkan minuman yang ada di meja ke muka Revan) Aku gak bakal
nglakuin itu !!”
Diana pun meninggalkan Revan yang basah kuyup, namun Revan menarik tangan
Diana,
05. Revan : “Maaf
sayang, aku gak tau kalo itu bikin kamu marah. Iya, aku akan tanggung jawab.”
04. Diana :
“Beneran sayang? “
05. Revan : “Iya.. Udah yah, jangan sedih
lagi.”
Setelah Revan mengantar Diana pulang, dia langsung pulang ke rumah, dia
telah ditunggu oleh kedua orang tuanya.
01. Pak Hermawan : “ dari mana
saja kamu Revan ?”
05. Revan : “Cafe
pah”
06. Bu Ma-e : “Sini duduk sayang”
Revan pun duduk di sebelah mamanya.
01. Pak Hermawan : “kerjaanmu itu
main terus! Ngga pernah
mikirin masa depan ! Gini, papa sudah putuskan, kalo kamu harus menikah
dengan anak dari sahabat mama, namanya Tiara”
05. Revan : “aku
dijodohin ?!!!! gak pah !! engga akan !!”(sambil marah-marah)
01. Pak Hermawan : “kamu berani
menolak perintah papa hah ?”(berdiri dan melotot ke anaknya)
05. Revan : “untuk
kali ini iya, saya menolak!”
Pak Hermawan hendak memukul anaknya, tapi Bu Ma-e berhasil mencegahnya.
06. Bu Ma-e : “Udah pah, yang sabar. (kemudian memandang ke arah
Revan) Turuti saja apa kata papamu nak, dia tau yang terbaik untukmu.”
05. Revan : “Tapi
mah ? aku sudah punya Diana.”
Revan tak berani bilang kalo Diana sedang hamil, karena itu akan membuat
papanya sangat marah. Jadi, dia pun menuruti perkataan papanya.
Tiara telah berhasil
menjalani operasinya. Dia dan Ibunya pun mengira bahwa penyakitnya telah
sembuh. Karena di paksa
terus, Revan menuruti kemauan orang tuanya dan menikah dengan Tiara. Sampai
beberapa hari, Revan tak pernah menyentuh Tiara sedikitpun. Revan lebih sering
pergi dan pulang larut malam. Dia juga menganggap Tiara tak lebih dari seorang
pembantu.
03. Tiara : “Maaf jika saya lancang
mas.. tapi, bolehkah saya tanya ‘kenapa mas Revan tidak pernah menyentuh
saya?’”
05. Revan : “satu
yang perlu lu tau ya!! Gue ga akan pernah cinta sama lu!! Dan lu sama sekali ga
pantes buat gue!! Dasar ndeso!!!”
Kemudian Revan mendorong Tiara sampai terjatuh dan pergi dengan membanting
pintu. Begitulah sikap Revan ke Tiara, tak jarang Tiara disiksa, dipukuli dan
benturkan kepalanya ke tembok hanya karena Tiara menanyakan sesuatu ke Revan. Tiara
pun menangis, namun dia tetap bersabar disiksa seperti itu.
Revan ternyata menemui Diana di sebuah cafe.
05. Revan : “Aku
gak betah dirumah nih”
04. Diana : “emang
kenapa?”
05. Revan :
“Pembantu baru dirumah nyebelin banget, protes-protes mulu, gak pernah bener
lagi kalo kerja”
04. Diana :
“ckckck.. kenapa ga di pecat aja ? pembantu kaya gitu buat apa dipertahanin ?”
05. Revan : “Ga tau
tuh mama”
04. Diana : “umm,
i know it bored. Just remember that i always in your side.”
05. Revan : “thank
you honey.”
Kemudian tak sengaja papanya Revan sedang meeting di cafe itu juga, dan
melihat Revan sedang berdua-duaan dengan wanita lain.
05. Revan :
(Berdiri) “Papah.”
04. Diana : “Siang
om”
01. Pak Hermawan : (melirik ke
diana dan tidak menghiraukannya, lalu memarahi Revan) “sedang apa kamu disini!
Ayo pulang!”
05. Revan : “tapi
pah, aku lagi ada urusan ma Diana”
01. Pak Hermawan : (mengeluarkan
sebuah amplop dan melatakannya di meja sambil memandang Diana) “Ini, kamu saya
kasih uang tapi jangan dekati Revan lagi! Karena dia sudah punya istri!”
05. Revan :
(membentak) “papa!!!!”
04. Diana :
(sambil membuka amplop dan melihat isinya) om, apa ngga terlalu sedikit nih ?
Biaya hidup di jaman sekarang tu mahal om! Apalagi saya ini cewe, pasti
kebutuhan saya ini banyak dan mendesak. Ini sih belum sebanding dengan harta om
yang begitu banyak. Tapi, sering-sering aja kaya gini om. Ga papa kok. Oh ya,
tapi saya ga akan ngjauhin Revan.”
Kemudian Diana pun pergi meninggalkan mereka.
01. Pak Hermawan : “Lihat itu
Revan! Dasar anak ngga tau aturan! Saya tau dia kaya, tapi saya sangat malu
kalau sampai punya menantu seperti dia. Sudah,
ayo pulang!!”(sambil menarik Revan)
Di Rumah, Revan pun dimarahi oleh papanya habis-habisan. Tapi dia langsung
pergi ke kamar, dan didepan istrinya, dia menelpon Diana dan merayu-rayu Diana
untuk memaafkan papanya. Dia juga bilang bahwa yang dikatakan papanya adalah
bohong.
Esok paginya, papa dan mamanya Revan pamit akan pergi ke luar kota karena
ada suatu urusan dan akan pulang sore. Revan pun berencana pergi dengan Diana.
Ketika Revan sedang membaca koran di Ruang Tamu, dia meminta kepada istrinya
untuk dibuatkan teh pahit.
03. Tiara : “Ini mas, tehnya”(sambil
meletakan gelas berisi teh manis)
05. Revan : (mencicipinya,
namun langsung menyemburkan isi mulutnya dan membanting gelas) “Kamu Tuli hah!!!
(memukul Tiara) Aku bilang itu bikinin Teh pahit bukan teh manis!!(sambil
membenturkan kepala Tiara ke tembok berkali-kali) T-E-H P-A-H-I-T.”
Tiba-tiba tedengar hp berdering, ternyata itu hpnya Revan. Dan yang
menelpon adalah Diana.
04. Diana : “Halo,
Sayang kamu dimana ? aku udah di depan rumah kamu nih”
05. Revan : “Aku
ada di ruang tamu nih, kamu masuk aja. Aku mau ganti baju dulu ya.”
04. Diana : “oke
deh” Klik.
Diana pun masuk dan melihat seorang wanita berlumuran darah. Tapi saat
Diana Hendak menyentuhnya, Revan datang.
05. Revan : “Ayo
sayang, kita pergi”
04. Diana : “Dia
siapa ? dan kenapa ? kok banyak darah ?”
05. Revan : “dia
pembantu baru yang aku ceritain. Tadi aku pukul dia, aku minta teh pahit malah
dikasihnya teh manis, ya
udah aku marah deh . Udah ayo, nanti juga dia bangun sendiri.”
04. Diana : “ok
deh.”
Revan dan diana pun pergi tanpa menghiraukan Tiara. Tiara kehilangan banyak
darah, sore hari, baru dia didapati oleh kedua orang tua Revan. Mereka langsung
melarikan Tiara ke Rumah sakit. Mereka mencoba menghubungi Bu Tuti dan Revan.
Bu Tuti pun langsung ke Rumah Sakit. Dan Revan yang sedang bersama Diana pun
juga pergi ke Rumah Sakit bersama Diana.
01. Pak Hermawan : “Kamu apakan
dia Revan!!!” (Bu Ma-e mengelus-elus lengannya)
05. Revan : “Aku
gak tau pah, dia terpleset mungkin.”
01. Pak Hermawan : “Gak usah
bohong kamu!! Cepet ngaku !! kamu lagi(menunjuk Diana) ngapain kamu deket sama
Revan lagi hah?”
06. Bu Ma-e : “sudah-sudah pah..”
07. Bu Tuti :
“sebenarnya, Tiara punya penyakit. Dia mengidap kanker otak. Dan Uang yang saya
pinjam dulu, adalah uang untuk operasi Diana. Bukan untuk membayar hutang”
05. Revan+06. Bu Ma-e +01. Pak hermawan : “APAAAA??”
05. Revan : “aku
gak tau kalo dia punya penyakit. Tadi aku membenturkan kepalanya ketembok
karena saya sangat marah sama dia. Saya juga menyesal telah benci sama dia”
01. Pak Hermawan : “Kamu ini!!
PLAK!(Pak hermawan menampar Revan)
Tiba-tiba Bu Dokter Pun keluar dari Ruang UGD.
02. Bu Dokter : “Kami minta maaf, kami tidak bisa meolong nak Tiara.
Dia telah di ambil yang maha kuasa”.
Semua :
“Inalilahi wainailaihi Roji’un.”
Mereka pun langsung masuk kedalam ruang UGD dan menangisi kepergianya.
05. Revan : “Aku sangat
menyesal dengan semua yang telah terjadi. Aku gak pernah baik sama kamu. Dan
bukan kamu yang gak pantas buat aku, tapi aku yang gak pantas buat kamu. Karena
kamu terlalu baik buat aku. Dan sekarang aku sadar kalau akhirnya aku mencintai
kamu. Tapi kenapa di saat aku telah mulai mencintai kamu, kamu pergi
meninggalkan aku!”
Diana sangat terpukul mendengar apa yang dikatakan Revan dan ternyata dia telah
mempunyai seorang istri. Dia pun berlari keluar dari ruang UGD, tiba-tiba Diana
terpeleset hingga pendarahan.
04. Diana :
“AAAAARRRGGGGHHHH!!!!!!!”
05. Revan :
“Diana!!”(menoleh kebelakang dan berlari menuju Diana)
01. Pak Hermawan : “Revan!”
Revan langsung berlari menuju Diana dan berteriak memanggil dokter. Dokter
pun datang dan memeriksa Diana.
02. Bu Dokter : “Nak
Diana sudah tak bernafas lagi, pendarahan yang dialaminya sangat parah dan dia
kehilangan banyak darah”
Semua :
“Inalilahi wainailaihi roji’un”
05. Revan : “Pah,
Mah, Tante, maafin aku ya. Aku sadar kalau selama ini perkataan papa itu benar.
Diana memang orang jahat. Aku menyesal telah mencintainya. Dan seharusnya
cintaku ini aku berikan kepada Tiara yang telah sangat baik kepada aku.”
Revan sangat terpukul atas kejadian yang baru menimpanya, dia begitu
menyesal selama ini telah memandang Tiara sebelah mata.
06. Bu Ma-e : “Revan!!!
Revan!!! (menangis)
Orang tua Revan pun bingung dengan sikap Revan yang tiba-tiba Aneh dan
pandangannya yang kosong. Ditanya juga
diam saja. Orang tuanya pun semakin khawatir dan melarikan Revan ke Rumah Sakit
Jiwa.
Demikianlah akhir cerita dari anak yang menyia-nyiakan amanah dari orang
tuanya. Dan akhirnya pun berujung pada penyesalan yang tiada henti. Semoga
Drama ini dapat memberikan pesan moral yang positif untuk kita. Terima Kasih.
No comments:
Post a Comment